
Begitu kami mendekati gerbang tersebut, tiba-tiba dua orang
laki-laki berpotongan rambut pendek dengan tubuh kekar menghampiri kami.
Suamiku segera menyodorkan sebuah kartu nama yang entah dari mana dia peroleh.
Kemudian dengan wajah ramah mereka membukakan pintu dan mempersilakan kami
masuk. Di dalam pekarangan villa itu kulihat beberapa mobil telah terparkir di
sana dan salah satunya adalah mobil Priyono sahabat suamiku. Keluarga kami dan
keluarga Priyono memang bersahabat. Umur kami tidak jauh berbeda sehingga kami
mempunyai persamaan dalam pergaulan.
Baca Juga Ngentot Dengan Teman Baik Berjilbab
Suamiku seorang pengusaha muda sukses, demikian juga
Priyono. Baik suamiku maupun Priyono mereka sama-sama sibuknya. Mereka
kelihatannya selalu dikejar waktu untuk meraih sukses yang lebih besar lagi
bagi keuntungan bisnisnya. Sehingga boleh dikatakan hidup kami sangat berlebih
sekali akan tetapi di lain sisi waktu untuk keluarga menjadi terbatas sekali.
Hanya pada hari-hari weekend saja kami baru dapat berkumpul bersama. Dan itu
pun apabila suamiku tidak ada urusan bisnisnya di luar kota. Keadaan itu
dialami juga oleh istri Priyono, Novie. Sehingga antara aku dan istri Priyono
merasa cocok dan akrab satu sama lainnya. Kami juga selalu mengatur waktu
senggang bersama untuk melakukan pertemuan-pertemuan rutin atau rekreasi
bersama. Kebetulan istri Priyono, juga agak sebaya denganku. Bedanya dia baru
berumur tiga puluh tahun sedangkan aku telah berumur tiga puluh lima tahun.
Apalagi wajahnya masih tetap seperti anak-anak remaja dengan tahi lalat di atas
bibirnya membuat penampilan istri Priyono kelihatan lebih muda lagi.
Selain itu bentuk tubuhnya agak mungil dibandingkan
denganku. Badannya semampai namun berbentuk sangat atletis. Maklumlah selain
dia secara rutin mengikuti kegiatan latihan di salah satu fitness center, dia
juga memang seorang atlet renang. Sehingga warna kulitnya agak
kecoklatan-coklatan terkena sinar matahari. Berbeda denganku yang berkulit agak
putih dengan bentuk tubuh yang agak lebih gemuk sedikit sehingga buah dada dan
pinggulku lebih kelihatan menonjol dibandingkan dengan istri Priyono. Menurut
pandanganku penampilan istri Priyono manis sekali. Ada suatu daya tarik
tersendiri yang dimilikinya setidak-tidaknya demikian juga menurut suamiku. Aku
tahu hal itu karena suamiku sering membicarakannya dan malahan pernah bergurau
kepadaku bagaimana rasanya sekiranya dia melakukan hubungan seks dengan istri
Priyono. Pertemuan kami dengan keluarga Priyono pada mulanya diisi dengan pergi
makan malam bersama atau mengunjungi club rekreasi para eksekutif di setiap
akhir pekan. Sekali-sekali kami bermain kartu atau pergi berdarmawisata. Akan
tetapi ketika hal tersebut sudah mulai terasa rutin, pada suatu saat suamiku
dan Priyono mengajak kami untuk ikut menjadi anggota CAPS. “Apa artinya itu..?”
kataku.
“Artinya adalah Club Arisan Para Suami atau disingkat CAPS,
kalau diucapkan dalam bahasa Inggris jadi kep’es, tuh gagah nggak namanya”,
jawab Priyono.
“Walah, baru tahu sekarang para suami juga kayak perempuan,
pakai arisan segala”, kataku.
“Ini arisan bukan sembarang arisan..”, kata Priyono membela
diri.
“Dahulu mau dinamakan The Golden Key Club, tapi gara-gara
Eddy Tanzil maka namanya diganti jadi CAPS, Club Arisan Para Suami”, katanya
lagi.
“Ya sudah kalau begitu.., kalau arisan para suami kenapa
istri perlu dibawa-bawa ikut jadi anggota?” debatku lagi.
“Rupanya belum tahu dia..!” kata Prioyono dalam logat Madura
seraya menunjukkan jempol ke arahku sambil melirik kepada suamiku. Suamiku juga
jadi ikut tertawa mendengar logat Prioyono itu. “Hei, rupanya pake rahasia-rahasiaan
segala ya..!” kataku sambil memukul pundaknya.
“Iya Mbak.., mereka berdua sekarang ini lagi selalu
kasak-kusuk saja. Jangan-jangan memang punya rahasia yang terpendam”, tiba-tiba
kata istri Priyono menimpaliku.
“Eh, jangan marah dulu.. club arisan ini merupakan suatu
club yang ekslusif. Tidak sembarangan orang boleh ikut! Hanya mereka yang
merupakan kawan dekat saja yang boleh ikut dan itu juga harus memenuhi syarat!”
“Syarat apa..?!”
“Misalnya para anggota harus terdiri dari pasangan suami istri
yang sah! Betul-betul sah.. saah.. saah!” katanya meniru gaya Marisa Haque
diiklan TV.
“Kalau belum beristri atau bukan istri yang sah, dilarang
keras untuk ikut! Oleh karena itu untuk ikut arisan ini perlu dilakukan seleksi
yang ketat sekali dan tidak main-main! Jadi nggak ada yang namanya itu
rahasiaan-rahasiaan..!” kata Priyono lagi. “Ah kayak mau jadi caleg saja..
pakai diseleksi segala! Nggak mau sekalian juga pakai Litsus, terus penataran!
Arisan ya arisan saja..! Dimana-mana juga sama! Paling-paling Bapak-bapaknya
ngumpul ngobrolin cewek-cewek dan Ibu-ibunya ngerumpi sambil comot makanan
disana-sini.., akhirnya perutnya jadi gendut dan pulang-pulang jadi bertengkar
di rumah karena dengar gosip ini itu!” kataku.
“Nah, disini masalahnya. Arisan kita itu bukan arisan gosip,
tapi arisan yang sip!” kata Priyono.
“Jadi arisan apa pun itu, apa sip, apa sup, apa saham, emas,
berlian, Mercy atau BMW, ya akhirnya semua sama saja.., yang keluar duluan
hanya gosip?” kataku ketus.
“Bukan.., bukan seperti itu. Malahan sebaliknya.., arisan
ini justru bertujuan buat mengharmoniskan kehidupan perkawinan antara suami
istri!” jawab Priyono.
“Lho, untuk itu kenapa mesti arisan..?” kataku lagi.
“Boleh nggak diberi tahu Mas?” kata Priyono sambil melirik
kepada suamiku. Suamiku tersenyum sambil mengangguk. “Begini Mbak, terus terang
saja, arisan kita itu bentuknya kegiatan tukar-menukar pasangan”, katanya.
“Pasangan?! Pasangan apa..?” jawabku dengan sangat heran.
“Ya itu, pasangan suami-istri”, tiba-tiba suamiku menyeletuk.
“Mengapa harus ditukar-tukar sih? Dan apanya yang ditukar?”
tanyaku karena aku jadi semakin tidak mengerti atas penjelasan suamiku itu.
“Walah, penjelasannya panjang.., ini kan jaman emansipasi”,
kata suamiku.
“Memangnya apa hubungannya dengan jaman emansipasi!” aku
menyela kata-kata suamiku.
“Begini.., kegiatan club ini sebenarnya bertujuan untuk
mengharmoniskan kehidupan suami istri dalam rumah tangga”, kata suamiku.
“Jadi..”
“Jadi.., jadi ya kau ikut saja dulu deh! Nanti baru tahu
manfaatnya!” kata Priyono menyeletuk.
“Nggak mau ah kalau hanya ikut-ikutan!” “Begini Neng!” kata
suamiku. “Singkatnya menurut pandangan para pakar seksualogi dalam kehidupan
perkawinan seseorang pada saat-saat tertentu terdapat suatu periode rawan
dimana dalam periode tersebut kehidupan perkawinan seseorang itu mengalami
krisis. Krisis ini apabila tidak disadari akan menimbulkan bencana yang besar
yaitu tidak adanya kegairahan lagi dalam kehidupan perkawinan. Apabila tidak
ada kegairahan lagi antara suami-istri biasanya akan membawa akibat yang
fatal”, kata suamiku lagi.
“Ya dalam kehidupan perkawinan itu secara tidak disadari
timbul kejenuhan-kejenuhan. Kejenuhan yang paling utama dalam periode tersebut
biasanya dalam masalah hubungan badan antara suami istri, pada periode tersebut
hubungan seks antara suami-istri tidak lagi menyala-nyala sebagaimana pada masa
setelah pengantin baru. Kedua belah pihak biasanya telah kehilangan kegairahan
dalam hubungan mereka di tempat tidur yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Hubungan badan suami istri tersebut akhirnya terasa menjadi datar dan hanya
merupakan suatu hal yang rutin saja. Untuk mengatasi hal itu bagi para pasangan
suami istri perlu mendapatkan penggantian suasana, khususnya suasana dalam
hubungan di tempat tidur”, kata suamiku. “Ah itu kan hanya alasan yang
dicari-cari saja.., bilang saja kalau sudah bosan dengan istri atau mau cari
yang lain!” kataku.
“Nah, disinilah memang letak masalahnya.., yaitu
‘kebosanan’.., dan ‘wanita lain’. Hal itu sangat betul sekali.., karena
‘kebosanan’ merupakan sifat manusia, sedangkan ‘keinginan kepada wanita lain’
secara terus terang itu merupakan sifat naluri kaum laki-laki secara umum,
disadari atau tidak disadari, diakui atau tidak diakui, mereka mempunyai naluri
poligamis, yaitu berkeinginan untuk melakukan hubungan badan tidak dengan satu
wanita saja. Akan tetapi sifat-sifat ini justru merupakan ’sumber konflik
utama’ dari krisis kehidupan perkawinan seseorang! Nah!, hal inilah yang akan
dicegah dalam kegiatan club itu!” “Jelasnya bagaimana?” kataku.
“Apabila seorang suami menuruti naluri kelaki-lakiannya itu,
maka dia cenderung akan melakukan penyelewengan dengan wanita lain secara
sembunyi-sembunyi. Mengapa..? Karena dia tahu hal itu akan merupakan sumber
konflik dalam rumah tangga yang sangat berbahaya. Pertama-tama karena dia tahu
istri tidak menyetujuinya, oleh karena itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
yang kedua hal itu membuat suatu keadaan yang tidak adil dalam kehidupan
suami-istri. Kalau suaminya bisa merasakan orang lain, untuk mendapatkan
kenikmatan seksual yang lain daripada istrinya, kenapa istrinya tidak..!”
“Apakah memang demikian problem dari sebuah perkawinan? Aku kira bukan hanya
soal seks saja yang menjadi konflik dalam hubungan suami istri, namun juga
tentunya ada unsur lainnya!” kataku berargumentasi.
“Tidak salah pendapatmu! Memang benar dalam suatu perkawinan
banyak unsur yang mempengaruhinya, akan tetapi dalam perkawinan hanya ada dua
unsur saja yang paling dominan, ibarat kopi dengan susunya!” kata suamiku. “Apa
hubungan perkawian dengan kopi susu?” tanyaku agak heran.
“Begini..” kata suamiku selanjutnya. “Dalam suatu perkawinan
sebenarnya merupakan campuran antara dua unsur yang sangat berbeda, yaitu
antara unsur ‘cinta’ dan unsur ‘kenikmatan seks’. Kedua unsur ini saling
melengkapi dalam hubungan perkawinan seseorang. Unsur cinta adalah merupakan
faktor yang dominan yang merupakan faktor utama terjalinnya suatu ikatan batin
antara dua insan yang berlainan jenis. Unsur cinta ditandai dengan adanya
kerelaan pengabdian dan pengorbanan dari masing-masing pihak dengan penuh
keihlasan dan tanpa mementingkan egoisme dalam diri pribadi. Sedangkan unsur
kenikmatan seks adalah merupakan unsur penunjang yang dapat memperkokoh dan
mewarnai unsur cinta tersebut.
Unsur ini ditandai
dengan manifestasi adanya keinginan melakukan hubungan hubungan tubuh dari dua
insan yang berlainan jenis, adanya kobaran nafsu birahi serta adanya keinginan
dari masing-masing pihak untuk mendominasi pasangannya secara egois. Adanya
nafsu birahi ini dalam diri kita sebagai mahluk alam adalah wajar dan bukan
sesuatu yang memalukan. Nah.., kedua unsur tadi apabila kita ibaratkan seperti
minuman tidak bedanya sebagai ‘kopi’ dengan ’susunya’. Unsur cinta dapat
diibaratkan sebagai kopi dan unsur kenikmatan seks dapat diibaratkan sebagai
susunya. Kedua unsur yang saling berbeda ini dapat dinikmati dengan berbagai
cara. Apakah ingin dicampur sehingga menjadi sesuatu yang baru yang lain
rasanya daripada aslinya atau dinikmati secara sendiri-sendiri sesuai dengan
rasa aslinya!” “Jadi apa hubungannya dengan arisanmu sekarang?”
“Nah, arisan ini bertujuan untuk membuat keadaan yang adil
dan berimbang di antara suami dan istri. Kedua-duanya harus mempunyai hak yang
sama dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tuntutan dari wanita itu
sendiri untuk beremansipasi. Dan hak itu tidak terkecuali walaupun dalam
hubungan seks, para istri juga harus diberi kesempatan yang sama seperti para
suami. Para istri juga harus dapat memilih kehendaknya, apakah sewaktu-waktu
dia ingin minum ‘kopinya’ saja, atau ’susunya’ saja, atau ‘kopi susunya’.
Masalahnya sekarang, bagaimana mewujudkan hal itu. Kalau dilakukan oleh para
suami atau para istri itu secara sendiri-sendiri, maka akan menjadi kacau dan
malahan tujuannya mungkin tidak akan tercapai. Oleh karena itu perlu diusahakan
secara terorganisir. Yang paling gampang ya, dalam bentuk kegiatan arisan
seperti ini”, kata suamiku. “Iya Mbak, siapa tahu akhirnya para istri juga akan
dapat menikmatinya.., eh malahan jangan-jangan jadi lebih doyan!” kata Priyono
menimpali komentar suamiku.
“Ah, kau kayak bensin saja.., langsung nyamber!” kataku.
“Kalau begitu bukankah hal itu juga merupakan suatu
penyelewengan dalam perkawinan?” tiba-tiba kata istri Priyono berkomentar.
“Tentu saja bukan..! Karena apa definisi menyeleweng itu?
Seseorang itu dikatakan menyeleweng apabila dia melakukan hal di luar
pengetahuan pasangannya. Atau dengan kata lain dia melakukan itu secara
sembunyi-sembunyi sehingga pasangannya tidak tahu dan tidak pernah
menyetujuinya. Berlainan dengan kegiatan ini. Semuanya terbuka dan melalui
persetujuan bersama antara kedua pasangan suami-istri itu”, jawab suamiku. Pada
akhirnya setelah menjalani debat yang panjang dalam forum resmi maupun tidak
resmi, aku dan istri Priyono mengalah. Resolusi para suami itu kami terima dengan
catatan kami ikut dalam kegiatan club ini semata-mata hanya untuk sekedar ingin
tahu saja dan tidak ada tujuan lain yang lebih dari itu. Selain daripada itu
kami mengalah untuk membuat hati para suami senang. Oleh karena itulah malam
ini akhirnya aku berada di tempat ini. Aku mengenakan gaun dari bahan satin
yang agak tipis yang agak ketat melekat di tubuhku. Aku mengenakan gaun ini
adalah juga atas anjuran suamiku. Suamiku berkata bahwa aku sangat menarik
apabila mengenakan pakaian yang agak ketat dan terbuka. Aku kira pendapat
suamiku benar, karena dengan memakai gaun ini aku lihat bentuk tubuhku jadi
semakin nyata lekak-lekuknya. Apalagi dengan model potongan dada yang agak
rendah membuat pangkal buah dadaku yang putih bersih kelihatan agak tersembul keluar
membentuk dua buah bukit lembut yang indah. Tidak berapa lama kami berdiri di
depan pintu, seseorang membuka pintu dan langsung menyalami kami.
“Selamat datang dan selamat malam”, katanya langsung sambil
menyalami kami.
“Perkenalkan saya Djodi, tuan rumah di sini, dan ini
istriku.., panggil saja Siska!” katanya langsung memperkenalkan seorang wanita
yang tiba-tiba muncul. Dandanannya agak menor untuk menutupi kerut wajahnya
yang sudah dimakan usia. Tapi secara keseluruhan bentuk tubuhnya masih boleh jugalah.
Buah dadanya subur walaupun perutnya kelihatan agak gendut. Kelihatannya dia
itu seorang keturunan Cina. Selanjutnya kami dipersilakan masuk ke dalam
ruangan tamu. Suasana dalam ruangan itu kudapati biasa-biasa saja. Di
sudut-sudut ruangan terdapat makanan kecil dan buah-buahan. Di sudut lainnya
ada sebuah bar yang kelihatan lengkap sekali jenis minumannya. Sementara itu
suara iringan musik terdengar samar-samar mengalun dengan lembut dari ruang
tamu yang besar. Yang membedakannya adalah para tamunya.
Kelihatannya tidak begitu banyak, kuhitung hanya ada belasan
orang dan wanitanya semua berdandan secantik mungkin dengan pakaian yang lebih
seksi daripada yang kukenakan. Demikian juga aku tidak melihat seorang pelayan
pun atau petugas catering yang biasanya mengurusi konsumsi dalam pesta-pesta
yang diadakan di rumah-rumah mewah seperti ini. “Silakan.. help your self
saja”, kata nyonya rumah kepada kami dalam bahasa Inggris logat Cina Singapore.
“Memang sengaja para pembantu semuanya sudah disuruh ngungsi.., you know kan,
agar privacy kita tidak terganggu!” katanya lagi dengan suara yang genit. Kami
segera berbaur dengan pasangan-pasangan lainnya yang sudah ada di sana. Priyono
dan istrinya sedang mengobrol dikelilingi beberapa pasangan lainnya. Aku lihat
istri Priyono benar-benar sangat menarik sekali malam itu dengan pakaiannya
yang agak tembus pandang membuat mata kita mau tidak mau akan segera terjebak
untuk memperhatikannya dengan seksama, apakah dia memakai pakaian dalam di
balik itu. Sehingga dalam pakaian itu dia tidak saja kelihatan sangat cantik
akan tetapi juga seksi.
Melihat penampilan istri Priyono, suamiku jadi sangat
antusias sekali. Dia terus memperhatikan istri Priyono tanpa mempedulikanku
lagi. Sikap suamiku yang demikian menimbulkan juga rasa cemburu di hatiku. Jadi
benar dugaanku, rupanya suamiku benar tertarik kepada istri Priyono. Pantas
saja dia sering memujinya bahkan sering mengatakan kepadaku secara bergurau
bagaimana rasanya kalau berhubungan kelamin dengan istri Priyono.
Tidak berapa lama kemudian tuan rumah beserta istrinya
menghampiri kami. “Mari kita ambil minum dahulu”, katanya sambil langsung
menuju bar. Salah seorang tamu kemudian bertindak sebagai bar tender. Dengan
cekatan dia membuatkan minuman yang dipilih masing-masing orang dan kebanyakan
mereka memilih minuman yang bercampur akohol. Kecuali aku dan istri Priyono.
Aku memang tidak begitu tahan terhadap minuman beralkohol. “Anda minum apa?”
tanyanya kepadaku dan istri Priyono.
“Coca cola saja..!” kataku.
“Pakai rum, bourbon atau scotch?” “Terima kasih.., coca cola
saja..!”
Baca Juga Awalnya Aku Menolak Diperkosa, Tapi Akhirnya Aku Ketagihan
Baca Juga Awalnya Aku Menolak Diperkosa, Tapi Akhirnya Aku Ketagihan
“Oo, di sini tidak boleh minum itu! Itu termasuk minuman
kedua yang dilarang di sini..!” katanya dalam nada yang jenaka. “Minuman
pertama yang dilarang adalah cola atau lainnya yang dicampur dengan Baygone!
Yang kedua minuman yang anda pilih tadi, jadi mau tidak mau harus dicampur
sedikit dengan rum atau lainnya. Saya kira ‘rum and cola’ cocok untuk anda
berdua!” katanya lagi sambil terus mencampur rum dan segelas cola serta menaruh
es batu ke dalamnya.
“Ini.., cobalah dahulu.., buatan bar tender terkenal!”
katanya sambil menyodorkan gelas itu kepada kami. Selesai membuat minuman dia
segera bergabung dengan kami.
“Anda cantik sekali dengan busana ini”, katanya seraya
memegang pundakku yang terbuka.
Aku agak menjauhinya seketika karena kukira dia mabuk. Tapi
sesungguhnya hal itu disebabkan aku tidak terbiasa beramah-ramah dengan seorang
pria asing yang belum kukenal benar.
“Terima kasih”, kataku berusaha menjawabnya.
“Dada anda bagus sekali”, katanya sambil menatap dalam-dalam
ke arah belahan dada gaunku.
Dia diam sejenak. Kemudian dia mulai memperhatikanku secara
khusus. Kelihatannya dia sedang menilaiku. Aku dapat membacanya dari senyumnya
yang tersembunyi. Apabila waktu yang lalu ada seorang laki-laki yang memandang
diriku secara demikian maka suamiku mungkin akan segera mengirimkan bogem
mentah kepadanya. Aku pun kemudian mulai memperhatikan penampilannya. Aku
berpikir apakah dia laki-laki yang akan meniduriku nanti? Tidak begitu jelek
juga, pikirku. Tinggi badannya kira-kira 170 cm, dengan bahu yang bidang dan
wajah yang ramah menarik. Aku berpikir rupanya dalam club ini untuk dapat tidur
dengan seorang wanita tidak berbeda bagaikan akan membeli seekor sapi saja.
Namun secara tidak disadari aku menyukai juga ucapannya itu terutama datangnya
dari seorang pria yang tidak aku kenal dan di hadapan suamiku. Kuharap dia
dengar kata-kata itu. Kata-kata itu ditujukan kepadaku, bukan kepada istri
Priyono. Ya, pada saat itu aku merasa agak melambung juga walaupun hanya
sedikit. Aku segera menghabiskan minumanku. Aku memang selalu berbuat itu, akan
tetapi rupanya dia mengartikannya lain bahwa aku ingin segera memulai sesuatu.
“Jangan terburu-buru!” katanya.
“Kita belum lagi tahu cottage mana yang akan anda tempati”,
katanya sambil menambah minumanku. “Akan tetapi saya senang sekali apabila
nanti kita dapat tempat yang sama dan segera ke sana.” bisiknya.
Aku menjadi agak terselak seketika. Hal ini disebabkan bukan
hanya aku kaget mendengar bisikannya itu, tetapi juga minumanku terasa sangat
keras sehingga kepalaku langsung terasa mulai berat.
“Saya benar-benar baru pertama kali mengikuti pertemuan
ini”, tiba-tiba aku berkata secara spontan.
“Ohh”, katanya agak kaget. Kemudian dia menatapku dengan
pandangan yang menyesal.
“Saya harap kata-kata saya tadi tidak menyinggung anda.”
bisiknya dengan nada minta maaf.
“Sungguh.. sungguh tidak”, kataku sambil memberikan
senyuman. Tidak berapa lama kemudian tuan rumah mengumumkan akan melakukan
penarikan nomor arisan. Semula aku mengira tuan rumah akan menarik nama
pasangan yang akan mendapat arisan bulan ini sebagaimana arisan-arisan biasa
lainnya. Akan tetapi dugaanku meleset. Mula-mula tuan rumah meminta kami untuk
berkelompok secara terpisah antara suami istri. Para suami membuat kelompok
sendiri dan para istri juga membuat kelompok sendiri. Selanjutnya kami
masing-masing diminta mengambil amplop kecil dalam dua buah bowl kristal yang
berbeda yang diletakkan pada masing-masing kelompok. Satunya untuk para suami
dan satunya lagi untuk para istrinya. Amplop kecil tersebut ternyata berisi
sebuah kunci dengan gantungannya yang bertuliskan sebuah nomor. Aku bertanya
kepada wanita di sebelahku yang kelihatan sudah biasa dalam kegiatan ini.
“Kunci ini adalah kunci cottage yang ada di sekitar villa
ini..” katanya. “Jadi nanti kita cocokkan nomor yang ada di kunci itu dengan
nomor bungalow atau kamar di sana.”
“Terus..” kataku selanjutnya.
“Terus..!?” katanya sambil memandang kepadaku dengan agak
heran. “Terus..? Oh ya.., kita tunggu saja siapa yang dapat kunci dengan nomor
yang sama!” Tiba-tiba hatiku menjadi kecut. Aku tidak dapat membayangkan apa
yang akan dilakukan dalam cottage itu. Apalagi hanya berduaan dengan laki-laki
yang bukan suami kita.
“Jadi kita hanya dengan berdua dalam cottage itu?”
“Ya, karena kuncinya sudah pas sepasang-sepasang!”
“Jadi kita tidak tahu siapa yang dapat kunci dengan nomor
yang sama dengan nomor kita?” kataku untuk menegaskan dugaanku.
“Ya, memang sekarang ini sistemnya berbeda. Dahulu pada
waktu club ini disebut The Golden Key Club memang kita bisa ketahui karena para
pesertanya mula-mula berada dalam sebuah kamar masing-masing. Jadi kita tahu
siapa di kamar nomor berapa. Kemudian baru para suami keluar dan saling tukar
menukar kunci kamar mereka dimana para istrinya berada di dalamnya. Sekarang
sistem itu telah dirubah. Karena dengan sistem itu ada anggota yang suka
curang. Dia memilih pasangan yang diincarnya sehingga timbul komplain dari
anggota yang lain.
Sekarang masing-masing pasangan mengambil kunci kamar secara
diundi dan disaksikan oleh semua anggota. Sehingga sekarang lebih fair karena
anggota tidak dapat memilih pasangannya yang diincar terlebih dahulu.
Kelemahannya dalam sistem ini ada kemungkinan pasangan suami-istri itu juga
akan mendapatkan nomor yang sama. Kalau sudah begitu ya nasibnya lah.., kali
ini dia tidak dapat apa-apa.” Sekarang aku baru mengerti mengapa club ini
dahulu dinamakan The Golden Key Club. Selesai kami mengambil kunci semua
berkumpul kembali di ruang tamu. Tuan rumah meminta kami untuk mengambil gelas
sampanye masing-masing kemudian kami bersulang. Aku mereguk sampanye itu
sekaligus sehingga kepalaku kini terasa semakin berat.
“Dapat nomor berapa?” kata suamiku yang tiba-tiba sudah
berada di sampingku.
“Nomor delapan..!” jawabku.
“Untung..! ”
“Kenapa untung?”
“Ya untung tidak dapat nomor yang sama.., nomorku duabelas!”
katanya.
“Itu bukan untung tapi cilaka.., cilaka duabelas namanya!”
“Ya tapinya untung juga..!” jawab suamiku.
“Kenapa..?”
“Untung bukan cilaka tigabelas!” jawabnya sambil tertawa.
“Sudah percuma berdebat di sini..!” kataku. “Eh kalau Novie
dapat nomor berapa ya?” kataku lagi.
“Iya ya.., nomor berapa dia, tolong kau tanyakan dong!”
Rupanya aku tidak usah berpayah-payah mencari Novie karena tiba-tiba Priyono
dan istrinya sudah berada di dekat kami.
“Eh, kamu dapat nomor berapa?” aku berbisik kepada Novie.
“Nomor duabelas Mbak..” jawabnya.
Aku jadi terhenyak. Jadi maksud suamiku untuk meniduri istri
Priyono kini tercapai. Aku segera memberi isyarat kepada suamiku bahwa nomornya
sama dengan nomor dia. Suamiku kelihatan berseri-seri sekali ketika menerima
isyaratku. Aku jadi agak cemburu lagi melihat tingkahnya. Dia bernyanyi-nyanyi
kecil mengikuti irama musik yang mengalun di ruangan itu. Tidak berapa lama
kemudian lampu-lampu di seluruh ruangan itu mulai meredup. Ruangan itu kini
menjadi agak gelap dan alunan musik berirama slow terdengar lebih keras lagi.
Suasana dalam ruangan itu kini jadi lebih romantis. Aku lihat beberapa pasangan
yang mulai berdansa tapi kebanyakan dari mereka menyelinap satu persatu,
mungkin menuju cottage-nya masing-masing, tapi ada juga yang masih duduk-duduk
mengobrol di sofa. Tiba-tiba Priyono mengajakku untuk berdansa. Dan sudah
barang tentu suamiku segera juga mengajak istri Priyono berdansa. Ketika kami
berdansa Priyono mendekapku erat-erat. Begitu sangat eratnya sehingga
seolah-olah kami dapat mendengar degub jantung di dada masing-masing.
“Kamu dapat nomor berapa?” tiba-tiba Priyono berbisik di
telingaku.
“Nomor delapan!” jawabku.
“Ah, sayang..”
“Mengapa?” kataku lagi.
“Aku nomor enam!” katanya lagi.
“Siapa itu..?” tanyaku.
“Aku dengar sih Nyonya Siska, istrinya tuan rumah!”
“Wah, enak dong.., orangnya sintal, mungkin tiga hari nggak
habis dimakan!” kataku berseloroh.
“Jangan ngeledek ya..!” katanya.
“Memangnya kenapa..? Kan betul orangnya sintal!”
“Potongan seperti itu bukan typeku!” katanya.
“Typemu seperti apa sih?” kataku.
“Seperti kamu..!” katanya lagi sambil terus mendusal-dusal
leherku. Aku jadi agak bergelinjang juga leherku diciumi Priyono sedemikian
rupa. Selama kami bergaul belum pernah dia melakukan hal yang tidak senonoh
denganku. Dia sangat sopan terhadapku. Tapi malam ini tiba-tiba saja dia
berbuat itu. Apakah karena pengaruh alkohol yang dia minum tadi atau memang
selama ini dia juga mempunyai perasaan yang terpendam terhadap diriku.
Perasaanku kini jadi melambung kembali. Ditambah dengan pengaruh alkohol yang aku
minum tadi, aku merasakan adanya gairah birahi yang timbul dalam diriku ketika
berdekapan Priyono sehingga aku pasrah saja leherku didusal-dusalnya. “Eh, kau
ngerayu, atau mabok..? Kenapa dari dulu-dulu nggak bilang!” kataku sambil terus
mendekapkan tubuhku lebih erat lagi sehingga buah dadaku terasa menyatu dengan
dadanya.
“Malu sama suamimu!”
“Kenapa malu.., dia sendiri juga sering cerita bahwa dia
suka sama istri kamu, eh sekarang dia dapat nomor kamar istrimu lagi!” kataku
lagi.
“Oh ya..?” kata Priyono. “Kalau aku dulu bilang.., kau terus
mau apa?”
“Tentunya kita nggak usah payah-payah ikut arisan di sini..
di rumah saja!”
“Ah, kau..!” katanya sambil terus menempelkan pipinya ke
pipiku. Selanjutnya begitu irama musik hampir selesai, tiba-tiba Priyono meraih
wajahku dan langsung mengecup bibirku dengan lembut. Ketika kami kembali ke
tempat semula kudapati suamiku dan istri Priyono sudah tidak ada di sana. Aku
pikir mereka sudah tidak sabar lagi dan masuk ke cottagenya ketika kami sedang
berdansa tadi. Baru saja kami duduk tiba-tiba sepasang suami istri datang
menghampiri kami dan mengulurkan tangannya.
“Saya Alex.., dan ini istri saya Mira”, katanya
memperkenalkan diri.
Priyono dan aku menyebutkan nama kami masing-masing.
Selanjutnya kami berbasa-basi berbincang-bincang sejenak.
“Anda dapat nomor berapa?” dia bertanya kepada Priyono.
“Enam!” jawab Priyono singkat.
“Saya nomor delapan dan istri saya nomor enambelas” katanya.
Aku jadi tersentak seketika, demikian juga Priyono.
“Itu adalah nomorku”, kataku. “Oh ya!” kata Alex agak kaget.
“Saya kira anda berdua sudah bernomor sama.., tapi anda kan bukan pasangan
suami istri?” katanya lagi.
“Ya..!” kataku hampir serempak. Kemudian dia berpaling
kepada Priyono dan mengamit lengannya menjauhi kami.
“Bolehkah kita bernegosiasi..” bisiknya kepada Priyono.
Baca Juga Ketagihan Memek Mulus Kakak Kandung
Baca Juga Ketagihan Memek Mulus Kakak Kandung
“Saya lihat anda senang sekali dengan nomor delapan.
Sebenarnya saya juga senang dengan penampilannya, akan tetapi saya sudah
mempunyai janji dengan nomor enam. Bagaimana kalau kita bertukar nomor? Anda
mengambil nomor delapan dan saya nomor enam. Sedangkan istri saya memang sudah
sesuai dengan nomor enambelas yang juga kebetulan tuan rumah kita. Memang hal
ini tidak diperbolehkan apabila ada anggota lainnya yang tahu. Tapi saya harap
hal ini hanya di antara kita saja.”
Bagaikan mendapatkan durian runtuh, Priyono segera saja
mengiyakan. Kemudian kulihat mereka bertukar nomor kunci.
“Oh, dear!” kata Alex. “Kali ini saya tidak akan
menginterupsi kalian. Lain kali saya harap saya dapat nomor anda lagi!”
Kemudian dia melingkarkan tangannya ke tubuhku dan memberikan sebuah kecupan
kecil di bibirku. Selanjutnya tidak ayal lagi Priyono segera memegang tanganku
dan menuntunku menuju cottage nomor delapan. Ketika kami memasuki pintu cottage
itu aku berpikir di sinilah kemungkinan awalnya perubahan hidupku. Seumur
hidupku aku belum pernah melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain kecuali
dengan suamiku sendiri, akan tetapi hal itu akan berubah dalam waktu beberapa
menit ini. Aku akan menjadi seorang istri yang serong dan semuanya ini
disebabkan oleh ulah suamiku sendiri. Apakah ada orang yang akan percaya
mengenai hal itu? Secara jujur begitulah keadaanku dan itulah apa yang
kupikirkan waktu itu. Aku tahu dengan ini aku memberikan suamiku semacam
kepuasan seks lain sebagaimana yang dia inginkan. Begitu memasuki cottage itu
Priyono langsung merangkulku dan mulai menghujani wajahku dengan
kecupan-kecupan kecil.
Dia kelihatan begitu sangat bernafsu sekali terhadap diriku.
Aku benar-benar tidak menyangka Priyono dapat bersikap seperti itu. Selama ini
kukenal dia wajar-wajar saja apabila bertemu denganku. Apakah pada acara-acara
rutin kami atau kesempatan lainnya. Kupikir apakah hal itu akibat pengaruh
alkohol yang diminumnya tadi atau mungkin juga memang sejak dahulu dia sudah
mempunyai minat yang besar terhadap diriku namun dia terlalu sopan untuk
mengungkapkannya dalam kesempatan yang biasa. Tidak berapa lama kemudian
tangannya segera menyusup ke balik busanaku yang memang berpotongan rendah dan
menjalar menelusuri punggungku. Tiba-tiba kusadari betapa nikmatnya itu semua.
Aku merasakan suatu hal yang luar biasa yang belum pernah kualami sebelumnya,
aku merasa bagaikan kembali pada saat-saat dimana aku mengalami ciuman yang
pertama dari seorang laki-laki. Hanya kini rasa sensasi yang muncul dalam
diriku aku rasakan tidak asing lagi. Aku ingin segera ditiduri. Ketika bibirnya
menempel di bibirku aku pun langsung melumatnya dengan kuat.
Selanjutnya dia merenggangkan mulutku dan mendorongkan
lidahnya di antara gigiku mencari-cari lidahku yang segera kujulurkan untuk
menyambutnya. Sungguh merupakan suatu ciuman yang panjang dan lama sekali.
Selanjutnya dengan segera tangannya mulai meraba daerah sekitar buah dadaku.
Aku mempunyai suatu kelemahan mengenai buah dadaku, aku maksudkan buah dadaku
sangat sensitif sekali. Begitu buah dadaku tersentuh maka praktis akan
membuatku terus bergelinjang. Oleh sebab itu ketika tangannya menyentuh
langsung puting susuku maka aku menjadi bergelinjang dan meliuk-liuk dengan
liarnya. Jari-jariku menghujam di punggungnya menahan suatu perasaan yang
sangat dahsyat. Pada saat tubuh kami terlepas satu sama lainya, nafas kami pun
memburu dengan hebat.
Dia mulai meneliti busanaku mencari kancing atau pun
reitsleting untuk segera melepaskan busana itu dari tubuhku. Akan tetapi
busanaku memang hanya mempergunakan karet elastis saja, maka dengan mudah aku
segera melepaskan busana itu melalui kepala. Aku tidak mengenakan apa-apa lagi
di balik busanaku itu kecuali dua carik pakaian dalam model bikini yang tipis
dengan warna yang senada dengan kulitku. “Saya senang dengan puting susu yang
besar”, katanya sambil menyentuh puting susuku dengan lembut. “Karena cukup
untuk menyusui anaknya dan sekaligus bapaknya.” Aku tidak menjawab. Kupikir
dalam kesempatan seperti ini dia masih saja bisa berkelakar. Akan tetapi
sebenarnya saat itu aku juga ingin berkata kepadanya bahwa aku juga ingin
segera menyaksikan bagaimana bentuk tubuh aslinya di balik kemeja dan
pantalonnya itu. Namun aku merasa masih sangat malu untuk berkata secara terus
terang. Rupanya dia dapat membaca apa yang ada dalam pikiranku.
Sehingga selanjutnya kudapati dia mulai membuka kancing
kemejanya dan melepaskan kemeja itu dari tubuhnya. Aku masih teringat bagaimana
bentuk dadanya itu dan bagaimana ketika dia memperlakukan diriku. Dadanya
kecoklat-coklatan hampir berwarna sawo matang penuh ditumbuhi dengan bulu dada
keriting berwarna hitam di tengahnya. Otot-ototnya pun semua kelihatannya
sangat kokoh dan seimbang. Ingin rasanya aku menyentuhkan wajah serta puting susuku
ke dadanya, dan tidak berapa lama kemudian secara tidak kusadari aku telah
melakukan hal itu. Aku mengecup dadanya kemudian puting susunya. Betapa aku
menggali kenikmatan dari itu semua. Ketika aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya,
aku dapat merasakan gumpalan alat kejantanannya di balik pantalonnya yang sudah
menjadi besar dan keras sekali. Dia menggesek-gesekkan alat kejantanannya
tersebut ke tubuhku yang hanya mengenakan BH serta celana dalam nylon yang
tipis.
Sementara itu tangannya telah menyusup ke balik celana
dalamku menelusuri daerah sekitar pantatku dan meremas-remasnya dengan kuat
daging pantatku yang lembut dan berisi. Selanjutnya dengan serta merta dia
melucuti celana dalamku ke bawah kakiku, sementara aku pun merasa semakin
bergelinjang dengan hebatnya. Segera saja kulemparkan celana dalam itu dengan
kakiku jauh-jauh dari tubuhku. Dia pun kini melepaskan BH-ku sehingga kini
tubuhku benar-benar berada dalam keadaan bertelanjang bulat berdiri di
hadapannya. Kemudian Priyono agak menjauh beberapa saat untuk menurunkan
reitsleting calananya. Begitu reitsleting diturunkan dalam sekejap pantalonnya
pun juga ikut tergusur ke bawah. Dan sudah barang tentu pemandangan selanjutnya
yang kusaksikan adalah sebuah alat kejantanan yang sangat besar dan gempal
sedang berdiri dengan tegaknya menentang diriku. Aku tidak melihat banyak
perbedaan dengan bentuk alat kejantanan suamiku, akan tetapi yang mengesankan
adalah alat kejantanan yang kulihat sekarang adalah milik seorang laki-laki
lain walaupun dia sahabat suamiku.
Seumur hidupku aku belum pernah menyaksikan alat kejantanan
seorang laki-laki dewasa yang begitu dekat jaraknya dengan tubuhku kecuali alat
kejantanan suamiku sendiri, apalagi aku sendiri dalam keadaan bertelanjang
bulat, dan tidak berapa lama lagi dia akan menyetubuhi diriku dengan alat
tersebut. Sehingga secara tidak sadar kurasakan timbul suatu keinginan dalam
diriku untuk segera memegang bahkan menghisap alat kejantanan itu, akan tetapi
sekali lagi aku masih tidak mempunyai keberanian melakukan hal itu. Selanjutnya
Priyono meraih dan membopong tubuhku yang telah bertelanjang bulat itu ke atas
tempat tidur. Aku segera telentang di sana dengan segala kepolosan tubuhku
menanti kelanjutan dari dari kesemuanya itu dengan pasrah. Akan tetapi rupanya
Priyono belum mau memasukkan alat kejantanannya ke liang kewanitaanku. Dia
masih tetap saja berdiri menikmati pemandangan keindahan tubuhku dengan
pandangan yang penuh dengan kekaguman.
Tatapan mata Priyono ke seluruh tubuhku yang bugil di lain
keadaan juga menumbuhkan semacam perasaan erotis dalam diriku. Aku merasakan
adanya suatu kenikmatan tersendiri bertelanjang bulat di hadapan seorang
laki-laki asing yang bukan suamiku sendiri dan memperlihatkan seluruh keindahan
lekuk tubuhku yang selama ini hanya disaksikan oleh suamiku saja. Sehingga
secara tidak sadar kubiarkan tubuhku dinikmati mata Priyono dengan
sepuas-puasnya. Malahan ketika tatapan mata Priyono menyapu bagian bawah
tubuhku secara reflek aku renggangkan keduabelah pahanya agak lebar seakan-akan
ingin memberikan kesempatan yang lebih luas lagi kepada mata Priyono untuk
dapat menyaksikan bagian dari tubuhku yang paling sangat rahasia bagi seorang
wanita. Puas menikmati keindahan tubuhku kini tangan Priyono mulai sibuk di
seluruh tubuhku. Tangannya mulai meraba dan meremas seluruh bagian tubuhku yang
sensitive. Mulai dari buah dadaku yang subur berisi sampai pada liang
senggamaku yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang sangat lebat. Aku menjadi
tambah bergelinjang dan tubuhku terasa bergetar dengan hebat.
Secara tidak sadar aku mulai menggoyang-goyangkan pinggulku
dengan hebat. Liang senggamaku tambah berdenyut dengan hebat dan terasa licin
dengan cairan yang keluar dari dalamnya. Aku heran bagaimana seorang laki-laki
yang bukan suamiku dapat membuat diriku menjadi sedemikian rupa. Tidak pernah
kubayangkan sebelumnya bahwa aku dapat merasakan gelinjang birahi yang
sedemikian hebat dari laki-laki lain yang bukan suamiku. Tidak berapa lama
kemudian dia berlutut di depanku dan merenggangkan kedua belah pahaku lebih
lebar lagi. Selanjutnya dia merangkak di antara kedua belah pahaku dan menatap
langsung ke arah alat kewanitaanku. Lalu dia membungkukkan tubuhnya agak rendah
dan mulai menciumi pahaku yang lama kelamaan semakin dekat ke arah liang
kenikmatanku.
Kembali aku merasakan suatu sensasi yang hebat melanda
diriku. Aku benar-benar merasa semakin bertambah liar. Aku berteriak liar
dengan suara yang sukar dipercaya bahwa itu keluar dari mulutku. Bagaikan
serigala yang ganas Priyono segera melumat habis-habisan alat kewanitaanku.
Mula-mula dia menjulurkan lidahnya dan mulai menyapu klitorisku dengan sangat
halus sekali namun cukup untuk membuatku menjadi lupa daratan. Pinggulku secara
otomatis mulai bergerak turun naik bagaikan dikendalikan oleh sebuah mesin
dalam tubuhku. Priyono kemudian menurunkan lidahnya lebih ke bawah lagi dan
membuat putaran kecil di sekitar liang senggamaku dan akhirnya dia sorongkan
lidahnya dengan mahir ke dalamnya. Aku merasakan darahku menggelegak. Lidahnya
terus keluar masuk berputar-putar menari-nari. Betapa tingginya seni permainan
lidahnya itu tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Lebih jauh dari itu aku
tidak tahan lagi dan aku langsung mencapai puncak orgasme yang hebat. “Sudah..
sudahlah”, akhirnya aku berkata.
Priyono tetap meneruskan melahap liang senggamaku. Sementara
itu aku terus-menerus mengalami orgasme bertubi-tubi namun pada akhirnya dia
berhenti juga. Dan pada saat dia mengambil posisi untuk menyetubuhi diriku, aku
segera bangkit dan kini tanpa merasa risih lagi aku segera meraih alat
kejantanannya yang hangat berwarna kemerah-merahan lalu memasukkannya ke dalam
mulutku dan mulai bekerja dengan lidahku di sepanjang alat kejantanannya yang
begitu terasa keras dan tegang. Aku merasakan suatu kenikmatan yang lain yang
belum pernah aku rasakan. Aku merasakan alat kejantanan Priyono mempunyai aroma
yang berlainan dengan alat kejantanan suamiku. Kini aku baru sadar alat
kejantanan dari setiap laki-laki juga mempunyai perbedaan rasa yang khas yang
tidak sama antara satu lelaki dengan lelaki lainnya.
Bukan saja dari
bentuk dan ukurannya akan tetapi juga dari aroma yang dipancarkan oleh
masing-masing alat kejantanan itu. Selain itu aku merasakan alat kejantanan
laki-laki lain ternyata terasa lebih nikmat daripada alat kejantanan suamiku
sendiri. Mungkin hal itu karena aku mendapatkan sesuatu yang lain dari apa yang
selama ini kurasakan. Jadi walaupun serupa tetapi tidak sama rasanya. “Sekarang
giliranku untuk meminta berhenti”, katanya dengan tenang. Sebenarnya aku enggan
melepaskan alat kejantanan yang menggiurkan itu dari mulutku. Aku ingin
merasakan betapa alat kejantanannya itu memancarkan sperma dalam mulutku, akan
tetapi kupikir tidak akan senikmat sebagaimana bila alat kejantanannya itu
meledak dalam rahimku dalam suatu persetubuhan yang sempurna, sehingga kuturuti
permintaannya dan membaringkan tubuhku dengan kedua belah kakiku ke atas.
Selanjutnya aku menyaksikan sebuah dada yang bidang menutupi tubuhku dan tidak
lama kemudian kurasakan alat kejantanannya itu mulai terbenam ke dalam liang
senggamaku yang hangat dan basah. Aku jadi agak mengerang kecil ketika alat
kejantanan yang besar dan gempal itu memasuki tubuhku. “Oh, sayang.., sayang”,
kata Priyono bergumam.
“Teruskan.., teruskan! Rasanya
dahsyat sekali..!” kataku secara spontan sambil mengencangkan otot liang
senggamaku sehinga alat kejantanan Priyono itu terjepit dengan kuat. Kemudian
dengan suatu kekuatan bagaikan sebuah pompa hydroulis, liang kewanitaanku
menghisap dalam-dalam alat kejantanan itu sehingga terasa menyentuh leher
rahimku. Secara perlahan-lahan dia mulai menggerakkan tubuhnya di atas tubuhku.
Untuk beberapa saat aku telentang tanpa bergerak sama sekali menikmati diriku
disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku. Sungguh sulit dipercaya, aku
merasa hal ini sebagai suatu mimpi. Seorang laki-laki lain yang bukan suamiku
kini sedang memasukkan alat kejantanannya ke dalam tubuhku dan aku pun sedang
menggali semua kenikmatan darinya. Selanjutnya aku mulai menggoyang-goyangkan
pinggulku dalam suatu putaran yang teratur mengikuti gerakan turun naik
tubuhnya.
Dengan garang Priyono terus-menerus menikamkan
alat kejantanannya sedalam-dalamnya ke liang senggamaku secara bertubi-tubi.
Alat kejantanannya dengan teratur keluar masuk dan naik turun di liang
senggamaku yang membuka serta meremas dengan erat alat kejantanan itu. Aku
merasakan persetubuhan yang sedang kami lakukan ini betul-betul sangat hebat.
Dan kesemuanya ini disebabkan oleh alat kejantanan seorang laki-laki lain yang
bukan suamiku. Selanjutnya Priyono mulai menghujamkan tubuhnya ke tubuhku
semakin kuat dan semakin kencang. Kami jadi bergumulan dengan hebat di atas
tempat tidur saling cabik mencabik tubuh masing-masing. Tubuh kami bersatu dan
merenggang dengan hebat. Setiap hunjamannya membawaku ke suatu alam fantasi
yang jauh entah dimana yang tidak pernah kuketahui dan belum pernah kualami
sebelumnya.
Yang aku tahu pada saat itu
hanyalah suara desahan kenikmatan yang keluar dari mulut kami masing-masing.
Tiba-tiba puncak dari itu semua, kurasakan alat kejantanannya yang berada dalam
liang senggamaku menjadi sedemikian membesar dan tegang dengan keras. Liang
senggamaku pun terasa berdenyut lebih keras lagi dan akhirnya aku merasakan
suatu cairan yang hangat dan kental terpancar dari alat kejantanannya
membanjiri liang senggamaku. Nafas Priyono dengan kuat menyapu wajahku. Saat
yang mendebarkan itu berlangsung lama sekali. Sangat sukar aku lukiskan betapa
kenikmatan yang kualami dari kesemuanya itu. Akhirnya kami terbaring dengan
segala kelelahan namun dalam suatu alam kenikmatan lain yang belum pernah aku
alami bersama suamiku. Yang terang ketika Priyono menarik alat kejantanannya
dari liang senggamaku, aku merasakan ada sesuatu yang hilang dari dalam
tubuhku. Sisa malam itu tidak kami sia-siakan begitu saja.
Kami menghabiskan sisa malam itu
dengan melakukan hubungan intim beberapa kali lagi bagaikan sepasang
suami-istri yang sedang berbulan madu dalam suatu hubungan persetubuhan yang
sangat dahsyat dan belum pernah kualami bersama suamiku selama ini. Kami terus
berasyik-masyuk sampai saat-saat terakhir kami kembali ke rumah masing-masing
ketika hari sudah menjelang subuh. Keesokan harinya ketika aku terbangun, aku
merasa bagaikan seorang wanita yang baru dilahirkan kembali. Demikian pula suamiku.
Aku merasakan adanya suatu kesegaran dan kecerahan lain dari yang lain dan
penuh dengan semangat kegairahan hidup. Hal ini membawa pengaruh kepada
hari-hariku selanjutnya. Aku merasa mendapatkan suatu horizon baru dalam
kehidupan. Demikian juga suamiku, kurasakan cinta kasih kami semakin bertambah
dari waktu-waktu sebelumnya.
Kehidupan rumah tangga kami serasa
lebih harmonis penuh dengan keceriaan dan kegembiraan daripada waktu-waktu yang
lalu. Dengan demikian tidak mengherankan kiranya apabila aku dan suamiku terus
menghadiri arisan itu beberapa kali dan selama itu pula aku telah dapat
merasakan berbagai macam type alat kejantanan laki-laki dalam berbagai macam
bentuk dan ukuran serta berbagai macam tehnik permainan hubungan kelamin dengan
para suami orang lain. Akan tetapi yang penting dari kesemuanya itu, di lain
keadaan, aku menyadari suatu hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan
maupun kubayangkan sebelumnya, bahwa alat kejantanan suami kita sendiri
sesungguhnya juga mempunyai suatu keistimewaan tersendiri. Aku dapat
mengetahuinya kesemuanya itu karena aku telah dapat membandingkannya dengan
alat kejantanan dari suami-suami orang lain.
Agen88bet Agen Piala Dunia Terpercaya Saat ini
Keuntungan Bermain Bersama Agen Piala Dunia Terpercaya Agen88bet
Agen88bet Sebagai Agen Piala Dunia Terbesar di Indonesia
Tempat Untuk Melakukan Daftar Judi Piala Dunia 2018 di Agen88bet
Agen88bet Sebagai Tempat Untuk Melakukan Daftar Piala Dunia
Agen Judi Piala Dunia Resmi Agen88bet
Alasan Melakukan Daftar Sbobet Online di Agen88bet
Agen88bet Sebagai Agen Judi Bola Online Terpercaya
Bermain Judi Bola Terpercaya Bersama Agen88bet Saat ini
Cara Daftar Permainan Agen Judi Bola Terlengkap di Indonesia
Keuntungan Melakukan Daftar Sbobet Bola Bersama Dengan Agen88bet
Cara Main Taruhan Bola Online
Daftar Maxbet Terpercaya
Agen Sbobet Terpercaya
Agen Taruhan Bola terbaik di tahun ini